Cara Menjadi Konsumen Cerdas di Era Digital

Screen Shot 2018-04-04 at 4.42.09 PM
Sumber foto Photo by rawpixel.com on Unsplash

Setiap harinya pasti kamu semua sering wara-wiri ke website-website e-commerce atau minimal ke akun toko Instagram yang menjual berbagai kebutuhan dari yang penting sampai enggak penting banget.

Dilansir dari berita di sini tercatat bahwa ada 24,7 juta orang, saya ulangi lagi, DUA PULUH EMPAT JUTAAN ORANG DI INDONESIA yang senang melakukan aktivitas belanja online.

Bukan main memang para netizen Indonesia ini. Banyak duitnya ya.

Lewat pemerataan kesediaan internet dan ditambah kecanggihan teknologi seperti sekarang, sangat memudahkan siapa pun yang ingin berbelanja online tanpa terhalang ruang dan waktu.

Di tahun 2017 saja pengguna internet di Indonesia mencapai 132 jutaan orang dan 69% penggunanya memakai perangkat mobile untuk mengakses aktivitas internetnya. (Sumber dari sini).

Di antara ratusan juta orang itu ada Ibu saya, si perempuan paruh baya berusia lima puluhan di pelosok Cibinong yang gemar mengoleksi kerudung berbagai warna padahal modelnya kalau dilihat-lihat sih sama saja ya.

Namun, kini di era Emak-Emak Zaman Now, beliau lebih suka berbelanja di salah satu Marketplace yang menyediakan banyak pilihan kerudung dengan iming-iming Gratis Ongkir dibanding harus ke pasar langganan dia yang telah menemaninya selama tiga puluh tahun lebih.

“Kenapa sih jadi suka belanja online sekarang?” tanya saya suatu waktu saat melihat beberapa paket belanjaan yang datang bersamaan saat Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) tahun lalu.

“Tinggal pilih-pilih modelnya di layar handphone, klak-klik-klak-klik (bahasa Ibu saya), eh tiba-tiba barang sudah sampai saja di depan rumah,” jawab Ibu saya.

Screen Shot 2018-04-05 at 3.55.00 PM
sumber foto: http://www.lampost.co/berita-98-persen-para-ibu-lebih-suka-belanja-online

Memang sih, terkadang beberapa toko baik di Marketplace atau di akun-akun Instagram menawarkan harga yang lebih kompetitif dengan pilihan yang lebih variatif.

Juga yang paling terasa tentu saja kita jadi tidak perlu repot-repot berjuang di tengah kemacetan hanya untuk sekadar membeli kaus kaki, misalnya. Apalagi kalau perginya ke Mall, Masya Allah, cari parkir saja bisa satu jam sendiri. Ribet.

“Semua happy deh kalau tiba-tiba terima paket pesanan online,” imbuh Ibu saya.

Oh, really?

Simpan tawamu sejenak Bunda. Karena, di balik gegap gempita penetrasi belanja bisnis online yang mencapai 75 triliun di tahun 2017 kemarin, ternyata oh ternyata menyimpan sisi gelapnya sendiri.

YLKI atau Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mencatat di tahun 2017 dari 642 pengaduan konsumen, 16% nya berada pada kasus belanja online. Tertinggi di antara pengaduan yang lain.

Detailnya dari 16% atau 101 aduan konsumen, ada 8 toko online yang banyak diadukan konsumen. Yaitu: Lazada 18 aduan, Akulaku 14 aduan, Tokopedia 11 aduan, Bukalapak 9 aduan, Shopee 7 aduan, Blibli 5 aduan, JD.ID 4 aduan, Elevania 3 aduan. (Sumber dari sini).

Apa saja sih yang dikeluhkan oleh konsumen tersebut?

Menurut pengurus YLKI ada dua hal yang paling mencolok. Yaitu:

  1. Lemahnya regulasi, tidak adanya Rancangan Peraturan Pemerintah yang menjadi payung hukum baik untuk para pembeli dan pedagang online.
  2. Ketidakmengertian konsumen dalam belanja online itu sendiri.

YLKI pun memaparkan bahwa 36% keluhan dari belanja online terbanyak datang dari barang yang belum sampai. (Yee, siapa juga yang enggak sewot Malih).

Lainnya lagi adalah berada di masalah sistem, refund tidak diberikan, barang tidak sesuai informasi, dugaan akun yang di hack, cacat produk dan barang telat diterima.

Banyak ya.

Screen Shot 2018-04-05 at 4.03.11 PM
Aduan yang diterima YLKI tahun 2016. Sumber: Femina.com

Tapi, memang harus diakui bahwa masih banyak kekurangan dan pengembangan yang harus ditingkatkan dari pihak para penjual online demi meningkatkan pelayanan yang prima pada pembelinya. Sayang sekali jika karena kesalahan yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cepat alih-alih malah mencederai kepercayaan masyarakat untuk berbelanja online lagi.

Maka dari itu saya yang baik hati dan tidak sombong ini, mau berbagi tips agar kamu-kamu bisa menjadi konsumen cerdas di era digital agar tidak mengalami kasus pengaduan seperti yang dipaparkan YLKI di atas tadi.

Pertama, Ketahui Apa Yang Kamu Butuhkan!

Sederhananya, kalau kamu mau beli baju muslim buat Lebaran nanti ya kamu belinya di website Happy Fresh.

Ya, enggak dong, Sayang!

Alih-alih mau pakai baju baru di sholat ied nanti, malah yang datang boks sayur mayur. Jangan emosi ah, senyum dong. Tadi gimmick aja biar lucu sedikit tulisannya.

Kamu kalau mau beli di Happy Fresh juga enggak apa-apa kok. Siapa tahu kamu butuh belanja makanan.

Untuk beli baju ya kamu bisa beli di toko-toko yang khusus menjual produk fashion. Baik itu di website marketplace maupun akun Instagram.

Tapi, tahu apa yang kamu ingin beli saja ternyata tidak cukup lho!

Kamu juga perlu mempertanyakan ke diri kamu sendiri apakah kamu benar-benar butuh produk itu atau tidak?

Jika hanya tergiur promo saja dan ketika pesanan sampai rumah dan pas dicek isinya beda, kamu kan bisa jadi bete sendiri. Kasihan mental kamu dan abang-abang kurir yang sudah jauh-jauh ke rumah.

Coba sesekali sebelum roh gila diskon itu merasuki kamu. Buat semacam daftar pros and cons tentang produk yang ingin kamu beli. Jika kamu merasa tidak butuh-butuh amat dan kamu masih bisa pakai yang lama ya sudah tahan dulu hasrat belanja kamu.

Tapi, misalkan, kamu enggak beli produk itu dan besok harinya kamu bisa sesak nafas dan kepikiran terus. Ya, beli dong, ah!

Kedua, Cek Keaslian Produk dan Asal Produk

Poin ini penting banget. Karena, di era informasi yang gampang dicari seperti sekarang, kita sebagai pembeli harus jeli dengan apa yang akan dibeli nantinya.

Kita harus tahu bagaimana proses dan sebuah produk berasal. Apakah pembuatannya sudah benar-benar bebas dari perbudakan modern dan tidak merugikan lingkungan?

Karena as we know, dalam industri fast fashion yang masyarakat agung-agungkan itu nyatanya mereka masih memakai buruh yang dibayar dengan upah rendah dan memperkerjakan anak-anak di bawah umur. (Sumber dari sini).

Kita harus terbuka dengan hal-hal seperti itu. Karena, jangan-jangan kita malah jadi pihak yang menguatkan bisnis tersebut dengan ikut membelinya.

Dari wawancara Sarah Sechan bersama Nadya Hutagalung tahun 2013 silam, dibeberkan fakta bahwa aksesoris yang kita anggep lucu dan antik banyak terbuat dari gading gajah yang dibunuh secara kejam.

Bagaimana menyetop itu semua? Dengan memotong demandsnya.

Akan lebih bermakna jika kita membeli barang-barang yang memang dibuat oleh para komunitas Ibu-Ibu secara gotong royong untuk menambah penghasilan mereka. Atau dari para penjual lokal yang mengedepankan kearifan Indonesia dalam produknya yang ikut memberdayakan warga sekitarnya.

Screen Shot 2018-04-05 at 3.59.11 PM
Sumber foto: https://www.cendananews.com/2018/01/anyaman-lontar-hanna-official-merchandise-asian-games-2018.html

Rasa-rasanya akan lebih bijak dengan membeli jenis produk tersebut. Karena tidak saja kita mendapat yang kita butuhkan, tapi juga membantu perkembangan bisnis lokal tersebut.

Bahasa kerennya, shop for a cause.

Setelah kita mengetahui asal produk tersebut, cek juga keaslian bahan atau material produk.

Kita bisa langsung google jenis-jenis bahan yang digunakan dalam produk fashion, atau membaca komen dan testimoni pelanggan sebelumnya yang sudah membeli produk elektronik dari toko online tersebut.

Itu semua dilakukan agar kita tidak membeli kucing dalam karung.

Manfaatkan sesi tanya jawab dengan penjual dalam kolom yang disediakan oleh beberapa marketplace. Dengan terus bertanya hingga puas dan tidak ada keraguan lagi, itu tandanya kamu paham dengan produk tersebut dan sudah siap untuk membelinya.

Ketiga, Jangan Lupa Banding-Bandingin Harga, Dong!

Banyaknya penawaran yang diberikan lewat promo-promo awal bulan atau saat gajian sebenarnya sangat membantu kamu yang memang ingin mendapatkan harga miring untuk satu produk tertentu.

Biasakan untuk membandingkan sebuah produk di tiga atau empat website berbeda.

Bisa dimulai dengan membandingkan harga, cek ke-originalan barang atau malah refurbished, ongkos kirim gratis atau tidak, bisa return/refund atau tidak jika ada kesalahan, bisa dicicil dengan bunga 0% atau tidak, dan jenis garansinya seperti apa.

Dengan mendapatkan data yang berbeda dari variabel tersebut. Nantinya, akan memudahkan kamu untuk mendapatkan yang terbaik dari yang terbaik dan tidak menyesal di kemudian hari.

Keempat, Pahami Langkah-Langkah Pembayaran

Ini masalah yang sering menjadi kendala para pembeli online baru.

Kepercayaan untuk membayar secara online dan tidak terkena tipu-tipu memang masih menjadi momok di Indonesia. Makanya, kamu bisa memanfaatkan fitur bayar di tempat.

Selain kamu bisa melihat barangnya secara langsung, kamu juga bisa menghindari fraud dalam pembayaran.

Jika dalam berbelanja online kamu diharuskan membayar dengan kartu debit, ya gunakan kartu debit. Terus misalkan diberitahu hanya bisa menggunakan kartu kredit, ya jangan maksa pakai kartu debit. Enggak bakal bisa, Malih!

Intinya, pilih jenis pembayaran yang memudahkan kamu. Jika tidak punya kartu bank kamu bisa memanfaatkan pembayaran di gerai toserba macam Indomaret dan Alfamart. Atau ya tadi, pilih bayar di tempat.

Enaknya pembayaran belanja online untuk saya pribadi adalah pilihan cicilan yang bisa dibayar dengan durasi lama dan bunga 0%. Itu akan membantu sekali buat kamu yang ingin menyicil barang yang harganya lumayan bikin ngos-ngosan.

Screen Shot 2018-04-04 at 3.37.59 PM
Jangan sampai begini juga ya kamu!

Kelima, Jaga Keamanan Data Personal Kamu

Melanjutkan poin keempat tentang sistem pembayaran. Ada baiknya kamu juga mulai memperhatikan keamanan data personal kamu. Baik itu alamat dan yang terpenting adalah data perbankan kamu. Bisa-bisa akun kamu dibuat untuk belanja fiktif sampai jutaan rupiah lagi.

Untuk menghindari itu baiknya kamu mengganti password akun kamu di website-website belanja online itu secara berkala. Atau jika perlu, setelah selesai membeli segera hapus data kamu. Dan baru diisi lagi ketika mau berbelanja kembali.

Ribet memang, tapi daripada kecolongan kan.

Keenam, Jika Ada Masalah, Komplain Dengan Benar dan Sopan

Penjual online yang baik adalah mereka yang memiliki pelayanan pelanggan yang baik. Berbekal Customer Service, penjual online tersebut akan siap membantu kamu dalam menyelesaikan masalah pesanan yang kamu hadapi.

Biasanya ada beberapa channel yang digunakan: Social media (Facebook, Twitter, & Instagram), email, dan chat langsung di website tersebut.

Atau jika kamu berbelanja di penjual Instagram, kamu bisa mengontak penjual secara langsung di Whatsapp, Line, atau sms.

Setelah para penjual menyediakan saluran tersebut, kamu sebagai pembeli ada baiknya untuk melaporkan keluhan kamu secara komperhensif dengan bukti-bukti terlampir.

Screen Shot 2018-04-05 at 3.57.08 PM

Pertama, sebutkan nomor order kamu. Baru kemudian jelaskan apa yang jadi masalah kamu.

Enggak langsung tiba-tiba ngomel dan minta uang balik. Karena siapa tahu memang stok yang kamu beli kosong, atau ada kesalahan pengiriman. Misal terkait ojek online, jangan-jangan kebetulan handphone abangnya sedang mati saat ingin menjemput kamu.

Shit happens, dude. Intinya, fokus pada pelaporan masalah dan solusi ke depannya.

Kamu bisa langsung minta tanggal berapa penyelesaian masalah kamu beres agar tidak terlalu berlarut-larut. Jika diharuskan mengganti produk, lakukan. Jika tidak, tuntut refund.

Terakhir, Jangan Lupa Bayar!

Kalau yang ini sudah jelas ya.

Belanja online memang menyenangkan. Karena ada sebuah ilusi yang membuat kita dapat berlama-lama melihat suatu barang yang sudah diatur begitu cantik untuk kita miliki. Seperti yang Ibu saya bilang, tinggal klak-klik-klak-klik, barang tersebut sampai deh di tangan kita.

Begitu mudah, begitu cepat.

Tapi, sekali lagi, tahu tentang berbelanja online saja rasa-rasanya tidak cukup. Kamu juga harus menjadi si cerdas yang bisa mengoptimalkan peluang dan keuntungan yang ditawarkan oleh penjual online lewat promo-promo yang ada. Tapi, jangan lupakan juga keamananannya.

Duh, jangan sampai deh senyum di wajah kamu berubah masam saat barang yang sampai ke rumah bukan seperti yang kamu inginkan.

Ayo, jadi konsumen cedas di era digital!

Jadi, sudah belanja online apa saja hari ini?


Tulisan ini merupakan bagian dari keikutsertaan kompetisi lomba blog dalam memperingati Hari Konsumen Nasional.

Screen Shot 2018-04-04 at 4.48.21 PM

Menurut saya penting sekali kita semua sebagai konsumen dalam berbelanja online mengetahui apa saja yang menjadi hak kita untuk mendapatkan keadilan jika suatu waktu mengalami kejadian tidak enak dalam proses pasca pembelian tersebut.

Teman-teman semua dapat mengunjungi website http://harkonas.id/koncer.php untuk mempelajari dan mengetahui apa saja yang menjadi hak para konsumen.

64 thoughts on “Cara Menjadi Konsumen Cerdas di Era Digital

Leave a comment