Review Film Rumah dan Musim Hujan: Kisah Janggal dan Mencekam yang Membuat Decak Kagum (SPOILER)

Screen Shot 2018-03-21 at 7.45.50 PM

Sebelum memulai review filmnya, ada sebuah artikel yang akan membantu menjelaskan pergantian nama film ini yang awalnya berjudul Rumah dan Musim Hujan menjadi Hoax yang sempat beredar di bioksop kemarin.

Kebetulan saya menonton film Rumah dan Musin Hujan versi Director’s cut di Kinosaurus pekan lalu. Jadi yang saya tonton adalah yang versi original.

Bercerita tentang sebuah keluarga yang sedang merayakan buka puasa bersama di rumah Bapak mereka. Film dibuka dengan adegan satu keluarga yang memainkan permainan dari Korea, bernyanyi bersama sambil mengenalkan nama masing-masing secara bergantian di meja makan.

Semua berjalan begitu riang dan menyenangkan sampai pacar si anak pertama, Raga, kalah dan harus bernyanyi. Ada jeda di sana, Ragil (anak kedua, diperankan oleh Vino G Bastian) dan Ade (anak ketiga, Tara Basro) berbagi pandangan tidak suka saat Ade berniat untuk menyalakan rokok.

Kemudian satu persatu rahasia dan kejadian janggal anak-anak si Bapak pun mulai bermunculan saat mereka pulang dari acara buka puasa. Dan yang membuat film ini asik adalah pergantian alur di film ini dibuat berjalan mundur dan selalu dimulai dari scene pulang tersebut.

Film ini pun terbagi dari tiga cerita utama, yaitu:

Pertama, dibuka dengan kisah anak ke dua bernama Ragil yang hidup dengan si Bapak yang sudah pikun juga sepuh. Sehari-hari sang Bapak harus dituntun lewat lembaran-lembaran kertas berisi petunjuk untuk melakukan apa pun di dalam rumah.

Kisah Ragil dibuat sedikit lambat dengan menunjukkan aktivitas-aktivitas kepatuhan Ragil atas pengabdian terhadap Bapaknya.

Mulai dari mengganti genteng saat hujan dan lain-lain. Namun, dibalik itu semua ada perasaan khawatir dari sang Bapak yang tidak pernah melihat Ragil mengenalkan perempuan datang ke rumah.

Sebenarnya bisa ditebak bahwa dibalik kesan konservatif Islam yang ditunjukkan Ragil dengan tidak bersalaman bersama pacar sang kakak, Raga. Penonton sudah dibentuk persepsi oleh sang sutradara bahwa there is something wrong nih sama Ragil.

Dan benar saja. Setelah melewati menit-menit kontras dengan sang Bapak yang bermain wayang sedang Ragil yang membaca Al-Qur’an. Ada satu rahasia tersembunyi yang coba Ragil utarakan ke Bapaknya namun selalu ia ulur.

Scene tersebut dengan sabar dimunculkan oleh Ifa lewat percakapan Ragil bersama seseorang di kotak Yahoo Messenger.

Ragil ternyata adalah seorang Gay. Keengganannya untuk berterus terang diwakilkan lewat mimik ketersiksaan Ragil yang selalu ia coba sembunyikan pada Bapaknya lewat senyumannya.

Lalu saat mati lampu, twist kisah Ragil pun dihidupkan dengan dimunculkannya partner Ragil di depan pintu. Dalam gelap mereka berdua pun bercumbu melawan berisiknya deras hujan di luar dan sesaknya rahasia yang menyiksa mereka berdua in the closet.

Yang menjadi pertanyaan dari cerita pertama ini adalah ketika sang Bapak meminta maaf kepada Ragil karena ia menamakannya dengan nama tersebut.

Kisah kedua, yang menjadi favorit saya, adalah tragedi yang dialami Ade yang diperankan oleh Tara Basro dengan intensitas kengerian yang menular.

Berasa sekali capeknya jadi si Ade jika dihadapkan dengan situasi yang dia alami.

Vibe bahwa kisah Ade adalah kisah mistis sudah terasa saat diperjalanan pulang Ade harus diganggu oleh suara tangisan di depannya. Yang ternyata adalah sosok laki-laki yang mendorongnya jatuh ke pelosok sawah (sampai sekarang saya masih tidak tahu apakah laki-laki itu adalah manusia atau mahluk astral. Apakah Ade diperkosa atau cuma diganggu saja? Semua masih menjadi tanda tanya)

Sambil menangis saat pulang ke rumah barunya. Sesampainya di sana Ade harus mengalami kengerian dan teka teki akan kembaran gaib sang Bunda yang mengganggunya sepanjang malam.

Sebanyak tiga kali sosok duplikasi gaib sang Bunda mengerjainya berkali-kali. Membuat Ade hampir kehilangan kewarasannya.

Kemunculan pertama saat Ade sedang mandi dan Bunda muncul dari belakang, Bunda mengepel dan meminta Ade membuka pintu rumah yang ternyata adalah….

Bunda yang baru pulang belanja membeli sikring lampu baru. Lalu ke mana Bunda yang di kamar dan meminta Ade membuka pintu?

Kemudian setelah Ade mulai percaya bahwa ini adalah Bunda yang asli, saat Ade hendak mengambil belanjaan berupa pajangan pohon pisang dalam bentuk asli. Sang Bunda yang seharusnya di kamar mandi tiba-tiba datang dari dapur membawa teh.

Ade mulai goyang. Lalu membiarkan Bunda membuatkannya teh dan Bunda pun pergi untuk solat.

Dan saat sosok ketiga Bunda sedang solat, sebuah telfon mengguncang mental Ade. Telfon tersebut berasal dari Bunda yang tidak bisa datang ke rumah.

Lalu, mana sebenarnya yang Bunda ‘asli’?

Kekuatan bagian cerita Ade ini ada di akting ke dua aktornya. Tara Basro dan Jajang C Noer. Terlebih akting Jajang C Noer yang bermain dengan begitu mencekam dan akan menghantui siapa pun yang melihat bagaimana ia mencoba untuk meminta Ade memeluknya. Kengerian itu begitu nyata keluar dari mata dan senyum palsu Jajang C Noer.

Cerita bagian kedua ini ditutup dengan statement Ade yang masih menjadi tanda tanya. Saat memukul sang Bunda Ade berkata: akhirnya aku tahu apa arti nama mas Ragil!

Yang terakhir, adalah kisah Raga yang dibawakan oleh Tora Sudiro. Dimulai dengan dongeng Raga tentang ulang tahun sang Bunda menurut tanggalan Jawa pada sang kekasih, Sukma.

Dari cerita Raga dikisahkan bahwa ketika seorang manusia berada dalam kandungan, sebenarnya mereka memiliki tiga saudara kembar. Yaitu saudara ketuban, ari-ari, dan pusar. Ketiga saudara itu menjaga sang janin dan akan muncul secara bersamaan setiap si janin ulang tahun di tanggalan Jawa.

Dari ketertarikan sana, Sukma pun diminta Raga untuk mengikuti permainan ‘kepercayaan’ saat menyetir. Mata Sukma ditutup dan harus mengikuti instruksi Raga saat menyetir. Setelah berhasil melewatinya, Sukma pun mengajak Raga untuk bercinta di dalam mobil.

Selama beberapa menit gerakan penuh kenikmatan diiringi dengan desahan panas berganti menjadi sebuah jeritan panjang. Ternyata Raga terlanjur ‘keluar’ tanpa menggunakan pelindung.

Dirundung panik, Sukma pun berfikir dia akan hamil. Berbagai cara ia cari untuk bisa menghalangi sperma Raga masuk ke dalam rahimnya.

Lama mencari, mereka menemukan sebuah artikel dalam majalah kesehatan wanita (yang anehnya ada begitu banya dikoleksi oleh Raga) bahwa yang manjur adalah lompat-lompat sambil meminum jus nanas.

Saat hendak keluar mencari jus nanas, tiba-tiba di luar rumah Raga kedatangan sang mantan. Rani.

Dari sana konflik pun terjadi. Panas karena tiba-tiba melihat sang mantan hadir di hidup Raga lagi, Sukma pun memutuskan untuk pergi dari rumah Raga. Namun, ditahan Raga. Rani berkilah bahwa kedatangannya karena alasan ia dipukuli suaminya dan butuh tempat menginap.

Permainan kecohan pun hadir di sana, apakah Rani benar-benar datang ke Raga karena meminta suaka perlindungan atau hanya mencari perhatian Raga saja?

Lalu tanpa diduga, Rani menceritakan pada Sukma bahwa Raga mandul. Dengan keterkejutan itu, Sukma meninggalkan rumah Raga dengan kesedihan dan memberikan tawa pada wajah Rani.

Film pun ditutup dengan satu keluarga si Bapak itu (minus si Bunda yang masih tidak tahu ada di mana) dengan makan bersama lagi.

Alasan mengapa film Rumah dan Musim Hujan begitu keren:

  1. Menonton film ini benar-benar memberikan pengalaman sinematik yang penuh dengan ketegangan dan teka-teki yang menyelimuti setiap cerita di dalamnya. Kejutan demi kejutan dihadirkan Ifa melalui intensitas cerita yang tadinya berjalan pelan kemudian ngegas di pertengahan sampai akhir. Semua pertanyaan yang Ifa sisipkan di bagian-bagian tertentu memberikan kekesalan sendiri buat saya. Karena apakah ini adalah sebuah plot hole yang tak terselesaikan atau memang Ifa sengaja menggoda penontonnya dengan itu semua.
  2. Adegan-adegan simbolik di film ini begitu lokal dan mengena. Seperti ketakutan seorang anak laki-laki yang mengaku sebagai Gay dimunculkan Ifa sebagai contoh awareness yang baik akan keberadaan mereka.
  3. Akting para aktor yang tenggelam pada karakter dan cerita masing-masing menghantarkan keseruan yang membawa saya sebagai penonton untuk ikut menanti apa yang akan terjadi berikutnya pada nasib mereka.

Dibalik keunggulannya tersebut, sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang masih mengganjal di kepala saya atas cerita di film ini. Seperti:

  1. Apa arti nama Ragil dalam keluarga tersebut? Jika ditelusuri dalam bahasa Jawa Ragil berarti anak terakhir. Lalu apakah Ade bagian dari keluarga tersebut atau bukan? Atau paling ngerinya adalah, apakah Ade nyata atau tidak?
  2. Bagaimana nasib si Bunda. Apakah itu asli atau hanya sosok goibnya yang dibunuh oleh Ade?
  3. Apakah Raga dan Rani bersekongkol untuk menyingkirkan Sukma keluar dari rumah? Apakah permainan tersebut sesuatu yang biasa mereka lakukan untuk kesenangan semata? Dilihat dari banyaknya buku kesehatan wanita yang Raga simpan dan ucapan sang Bapak yang mengatakan bahwa hubungan Rani dan Raga sebenarnya belum selesai sedikitnya menegaskan teori tersebut. Namun, di akhir cerita tersebut saat kamera menuju wajah Raga yang tertidur. Tidak ada gambaran senyuman seperti Rani. Mana yang sebenarnya terjadi?
  4. Terakhir. Laki-laki yang ditemui Ade di jalan itu manusia atau bukan? Apakah Ade diperkosa atau hanya diganggu setan belaka?

Ingin sekali rasanya mendapatkan jawaban-jawaban itu semua dari mas Ifa.

Well, anyways, mungkin untuk di bioskop mainstream film ini sepertinya tidak akan bisa ditemukan lagi. Jika teman-teman tertarik untuk menontonnya bisa dilihat jadwal pemutaran yang siapa tahu hadir lagi di Kineforum dan Kinosaurus.

3 thoughts on “Review Film Rumah dan Musim Hujan: Kisah Janggal dan Mencekam yang Membuat Decak Kagum (SPOILER)

Leave a comment